Barak.id – Ketegangan di medan perang Ukraina kembali meningkat tajam setelah Rusia meluncurkan serangan udara skala besar sebagai respons atas serangan drone Ukraina yang sebelumnya menghantam fasilitas militer Moskow. Rentetan rudal dan drone menghantam sejumlah kota besar Ukraina pada Kamis malam (6/6/2025), menyebabkan korban jiwa dan kerusakan berat di berbagai wilayah.
Lebih dari 400 drone dan 40 rudal diluncurkan dalam operasi udara yang disebut sebagai salah satu serangan terbesar sejak dimulainya invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022. Serangan ini menargetkan infrastruktur vital dan pemukiman penduduk, menewaskan sedikitnya lima warga sipil dan melukai puluhan lainnya.
Di ibu kota Kyiv, serangan tersebut menyebabkan kematian empat orang dan melukai lebih dari 20 lainnya. Bangunan tempat tinggal dilaporkan terbakar, sementara beberapa jalur transportasi rusak akibat ledakan. Tim penyelamat masih terus melakukan evakuasi dan pemadaman kebakaran.
Salah satu peristiwa paling tragis terjadi di kota Pryluky, wilayah Chernihiv, di mana sebuah drone Rusia menghantam kediaman pribadi. Istri, anak perempuan, dan cucu dari seorang petugas pemadam kebakaran dilaporkan tewas dalam insiden tersebut. Presiden Volodymyr Zelensky mengecam keras serangan tersebut dan menyebutnya sebagai bentuk teror yang keji.
Komando militer Ukraina menyatakan bahwa sistem pertahanan udara berhasil mencegat sebagian besar proyektil yang datang, dengan sekitar 200 drone dan 30 rudal berhasil dijatuhkan. Namun demikian, sejumlah rudal berhasil menembus pertahanan dan menghantam beberapa fasilitas industri dan infrastruktur energi.
Serangan masif ini merupakan reaksi atas aksi Ukraina beberapa hari sebelumnya, yang dikenal dengan sandi “Operasi Jaring Laba-laba”. Dalam operasi tersebut, puluhan pesawat militer Rusia, termasuk pembom strategis, dikabarkan mengalami kerusakan signifikan akibat serangan drone jarak jauh yang diluncurkan dari dalam wilayah Rusia sendiri.
Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan bahwa operasi balasan ini adalah bentuk tanggapan tegas terhadap “serangan teroris” yang dilakukan Ukraina terhadap fasilitas militer strategis milik Moskow.
Konflik yang terus memanas ini memperburuk situasi kemanusiaan di lapangan. Seruan internasional agar kedua pihak menahan diri kembali menguat, sementara kekhawatiran atas perluasan skala konflik terus membayangi Eropa dan komunitas global.
Dengan belum adanya sinyal dari kedua pihak untuk meredakan ketegangan, masyarakat sipil Ukraina kini kembali menjadi korban utama dalam perang berkepanjangan yang telah menelan ribuan nyawa dan menggusur jutaan penduduk. (*)