BARAK.ID – Kisah tragis yang melibatkan pasangan lansia, Hans Tomasoa (83) dan Rita Tomasoa (72), telah menghebohkan masyarakat Jonggol, Kabupaten Bogor, dan warganet di media sosial.
Rita Tomasoa dan Opa Hans Ternyata Bukan Pasangan Lansia Biasa
Pasangan ini ditemukan meninggal dunia di rumah mereka, dalam kondisi yang sangat mengenaskan.
Rita Tomasoa, dahulu dikenal sebagai bintang Radio Republik Indonesia (RRI), kini kembali menjadi perbincangan, meski dalam konteks yang memilukan.
Rita Tomasoa Wattimena, sosok yang dikenal banyak orang sebagai Oma Rita, adalah seorang figur yang tak hanya berkarir gemilang di dunia radio, tetapi juga dikenal karena dedikasinya dalam berbagai kegiatan sosial.
Selama hidupnya, Rita menunjukkan kecemerlangan di Radio Republik Indonesia (RRI), tempat ia berkarya selama puluhan tahun.
Melalui suaranya, ia menghibur dan mendidik jutaan pendengar di seluruh Indonesia.
Selain kiprahnya di dunia penyiaran, Rita juga dikenal aktif dalam komunitasnya.
Ia adalah anggota setia Jemaat SP3 GPIB Cipeucang, di mana ia terlibat dalam berbagai kegiatan gereja.
Rekan-rekannya di jemaat mengenang Rita sebagai sosok yang penuh semangat dan selalu berusaha memberikan yang terbaik dalam setiap aktivitas yang dilakukannya.
Di sisi lain, Hans Tomasoa, atau yang lebih akrab dipanggil Opa Hans, memiliki karir yang tak kalah mengesankan.
Sebelum pensiun, Hans mengabdikan dirinya sebagai pelaut dan kemudian sebagai Kepala Divisi Sumber Daya Manusia (HRD) di PT. Samudera Indonesia.
Dalam karirnya yang panjang dan berwarna, Hans dikenal sebagai figur yang tegas namun bijaksana, selalu memastikan kesejahteraan anak buahnya.
Pasangan ini menikah dan dikaruniai tiga anak—dua laki-laki dan satu perempuan.
Namun, anak-anak mereka tak diketahui keberadaannya hingga pasutri lansia ini meninggal dunia secara tragis.
Informasi yang beredar menyebutkan bahwa anak-anak mereka jarang mengunjungi atau berkomunikasi dengan orang tua mereka.
Pada 13 Juli 2024, Jemaat SP3 GPIB Cipeucang merasa ada yang tidak beres.
Ketika mereka mendatangi rumah Opa Hans dan Oma Rita di Jonggol, pintu rumah terkunci dan tidak ada respons dari dalam.
Setelah beberapa kali mencoba tanpa hasil, warga setempat, dengan persetujuan RT/RW, memutuskan untuk membuka paksa rumah tersebut.
Pemandangan yang ditemukan sangat memilukan.
Kedua lansia tersebut sudah tidak bernyawa, dengan tubuh yang telah membusuk.
Berdasarkan laporan dari pihak kepolisian, diperkirakan pasangan ini telah meninggal dunia sekitar 9-10 Juli 2024.
Kompol Wagiman, Kapolsek Jonggol, menyatakan bahwa laporan ini diterima pada 16 Juli 2024, dan segera dilakukan investigasi lebih lanjut.
Menurut keterangan saksi, Opa Hans terakhir kali terlihat pada 8 Juli 2024 ketika ia keluar rumah untuk membeli mie ayam.
Setelah itu, tidak ada lagi yang melihat atau mendengar kabar dari pasangan ini.
Keadaan ini semakin diperparah dengan dugaan minimnya perhatian dari anak-anak mereka.
Jenazah Opa Hans dan Oma Rita segera dibawa ke Rumah Sakit Umum Cileungsi untuk dilakukan visum.
Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa mereka telah meninggal beberapa hari sebelum ditemukan.
Polisi memastikan tidak ada tanda-tanda kekerasan, dan kematian mereka diduga akibat faktor alami dan kesehatan yang memburuk.
Setelah proses visum selesai, jenazah kedua lansia tersebut dimakamkan dengan upacara yang dipimpin oleh jemaat gereja mereka.
Meski dalam kesedihan, para jemaat dan teman-teman mereka mencoba memberikan penghormatan terakhir yang layak. (*)