BARAK.ID – Haiti kini menghadapi krisis kemanusiaan yang parah. Kekerasan geng yang semakin merajalela telah menyebabkan lebih dari 300.000 anak-anak terpaksa mengungsi sejak Maret tahun ini, menurut laporan terbaru dari UNICEF pada Selasa (2/7/2024).
Krisis Kekerasan Geng di Haiti Paksa 300.000 Anak Mengungsi
Negara Karibia ini tengah berjuang keras untuk mengatasi peningkatan tajam dalam angka pembunuhan dan penculikan.
Direktur eksekutif UNICEF, Catherine Russell, menyatakan dalam sebuah pernyataan, “Bencana kemanusiaan yang terjadi di depan mata kita menimbulkan dampak buruk terhadap anak-anak.”
Menurutnya, anak-anak yang menjadi pengungsi sangat membutuhkan lingkungan yang aman serta dukungan dan pendanaan yang meningkat dari komunitas internasional.
Baca Juga: Pemerintah Amerika Serikat Kucurkan Dana untuk Pengembangan Vaksin Flu Pandemik oleh Moderna
Geng-geng kriminal di Haiti kini menguasai setidaknya 80% wilayah ibu kota, Port-au-Prince, serta jalan-jalan utama yang menghubungkan dan keluar dari kota tersebut.
Kekerasan yang meningkat ini telah menyebabkan lebih dari 2.500 orang terbunuh atau terluka di seluruh negeri hanya dalam tiga bulan pertama tahun ini, sebagaimana dilaporkan oleh PBB.
Salah satu penyebab utama dari lonjakan kekerasan ini adalah serangkaian serangan terkoordinasi terhadap infrastruktur penting pemerintah.
Akibatnya, Perdana Menteri Ariel Henry mengundurkan diri pada April 2024.
Sejak itu, situasi keamanan di Haiti semakin memburuk.
Lebih dari setengah dari hampir 580.000 orang yang kehilangan tempat tinggal dalam empat bulan terakhir adalah anak-anak.
Mereka kini terpaksa tinggal di tempat penampungan sementara yang tidak memadai, termasuk sekolah-sekolah yang sangat kotor.
Hal ini meningkatkan risiko penyebaran penyakit di antara anak-anak yang sudah rentan.
UNICEF juga menyoroti bahwa banyak anak-anak di Haiti dipaksa untuk bergabung dengan geng-geng kekerasan demi bertahan hidup.
Mereka seringkali tidak memiliki akses terhadap makanan, layanan kesehatan, air bersih, dan sanitasi.
Selain itu, anak-anak dan remaja yang menjadi pengungsi di Haiti juga menghadapi risiko tinggi terhadap serangan seksual, eksploitasi, pelecehan, dan perpisahan keluarga.
Pengumuman dari UNICEF ini datang beberapa hari setelah ratusan orang Kenya tiba di Haiti untuk membantu negara tersebut menghadapi ancaman dari geng bersenjata.
Namun, pengerahan ini mendapat reaksi beragam, mengingat misi penjaga perdamaian PBB beberapa tahun lalu membawa penyakit kolera ke negara tersebut dan disertai tuduhan pelecehan seksual.
Pada Senin (1/7/2024), Wakil Penasihat Keamanan Nasional AS Jonathan Finer bertemu dengan Perdana Menteri Haiti, Garry Conille.
Mereka membahas pengerahan awal misi yang didukung PBB ke Haiti.
Finer menegaskan kepada Conille bahwa AS mendukung kuat mekanisme akuntabilitas dan pengawasan sebagai bagian dari misi ini.
Di tengah situasi yang semakin genting ini, Haiti juga harus bersiap menghadapi musim badai besar yang dimulai lebih awal dari biasanya.
Pengawasan badai tropis telah diberlakukan di pantai selatan Haiti seiring dengan pergerakan Badai Beryl menuju Laut Karibia.
Dengan situasi yang semakin memburuk, masyarakat internasional diharapkan dapat memberikan dukungan yang lebih besar untuk membantu Haiti keluar dari krisis ini.
Bantuan internasional sangat penting untuk memberikan perlindungan bagi anak-anak yang menjadi korban kekerasan geng serta memastikan mereka mendapatkan akses terhadap kebutuhan dasar seperti makanan, air bersih, dan pendidikan.
Baca Juga: Laporan UNICEF Mengungkap Realitas Getir Jutaan Anak Mengungsi Akibat Perubahan Iklim
Dalam pernyataan terakhirnya, Catherine Russell menekankan pentingnya dukungan komunitas internasional.
“Anak-anak ini sangat membutuhkan perhatian kita. Mereka adalah korban yang paling rentan dari kekerasan yang terjadi di Haiti,” ujarnya.
“Kita tidak bisa berpangku tangan sementara anak-anak ini menderita. Dunia harus bertindak sekarang.”
UNICEF terus berupaya untuk memberikan bantuan kepada anak-anak yang terdampak di Haiti, namun upaya ini memerlukan dukungan finansial yang lebih besar dari negara-negara donor.
Situasi di Haiti menunjukkan betapa pentingnya kerja sama internasional dalam mengatasi krisis kemanusiaan yang kompleks dan berlarut-larut ini.
Selain itu, perlu adanya upaya yang lebih intensif untuk memberantas kekerasan geng di Haiti.
Pemerintah setempat, dengan dukungan internasional, harus mengambil langkah-langkah tegas untuk mengembalikan keamanan dan stabilitas di negara tersebut.
Hanya dengan demikian, anak-anak Haiti dapat memiliki masa depan yang lebih cerah dan aman. (*)